Kamis, 16 April 2020

Struktur kaidah / unsur kebahasaan dari teks deskripsi

Seperti yang dijelaskan secara panjang lebar di artikel sebelumnya mengenai teks deskripsi secara lengkap yang meliputi pengertian, ciri-ciri, dan juga contohnya, didalam sebuah teks termasuk teks deskripsi tidak lepas dari yang namanya kaidah kebahasaan atau unsur kebahasaan.

Kaidah kebahasaan atau unsur kebahasaan biasanya berkaitan dengan bagaimana ketentuan mengatur tata cara berbahasa  yaitu  tingkat kesadaran dan kepatuhan akan kaidah-kaidah atau aturan-aturan kebahasaan secara jelas tergambarkan melalui perilaku berbahasa kita, baik ketika kita menggunakan bahasa Indonesia dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan.

Seperti yang dijelaskan secara panjang lebar di artikel sebelumnya mengenai  Struktur kaidah / unsur kebahasaan dari teks deskripsi


Sebelum saya uraikan secara panjang lebar mengenai unsur atau kaidah kebahasaan teks deskripsi alangkah baiknya saya singgung sedikit apa itu descripsi.

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran, perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman penulisnya.

Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.

Struktur kaidah / unsur kebahasaan dari teks deskripsi

Unsur kebahasaan atau kaidah kebahasaan yang dilibatkan dalam teks deskripsi yaitu:

1. Rujukan Kata

Rujukan kata yaitu satu kata merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterkaitan. Rujukan kata berhubungan dengan kata ganti (kata ganti orang, kepunyaan, dan penunjuk)

2. Kata berimbuhan

 Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapat awalan (prefiks),akhiran (sufiks), dan sisipan (infiks), contohnya:

  • Penari (tari),
  • Berjumlah (jumlah).
  •  Menyanyikan (nyanyi)
  • Berbahasa (bahasa)
  • Bercampur (campur)
  • Menari (tari)

3. Konjungsi  (kata sambung / kata hubung)

Kata hubung (konjungsi) adalah kata yang digunakan sebagai penghubung antar kata, frasa, klausa, atau kalimat.

Fungsi kata hubung (konjungsi)
  • Konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung satu kata dengan kata lainnya dalam satu kalimat.
  • Konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung satu kalimat dengan kalimat lainnya.

Jenis Konjungsi
Jenis Konjungsi Berdasarkan fungsinya, konjungsi dibagi menjadi dua:

a. Konjungsi Intra kalimat:
Konjungsi intrakalimat yaitu konjungsi yang digunakan dalam satu kalimat. Contoh: dan, juga (bermakna penambahan), atau (bermakna pilihan), tetapi (bermakna ), karena, sehingga (bermakna sebab-akibat), lalu, kemudian (bermakna kelanjutan).

Contoh konjungsi intra kalimat seperti:
Pada awalnya Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan (dakwah) dan ditarikan oleh laki- laki.

Kalimat di atas menggunakan kata hubung (konjungsi) intra kalimat “dan” yang bermakna penamabahan.

b.Konjungsi Antar kalimat

Konjungsi antarkalimat yaitu konjungsi yang dugunakan untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.
Contoh: meskipun demikian, dengan demikian, oleh sebab itu, oleh karena itu, akhirnya, selanjutnya, lalu, kemudian.

Contoh penggunaan konjungsi akan tetapi dan oleh karena itu antar kalimat :
Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga keraton Jogjakarta. Akan tetapi, ia begitu dekat dengan rakyatnya.

Novita ingin mendapatkan beasiswa prestasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, ia selalu giat belajar

4. Kelompok kata (frasa)

Kelompok kata atau frasa yaitu kumpulan kata  2 kata atau lebih yang tersusun dari kata bermakna dan membentuk arti kata baru.
Contoh kelompok kata misalnya : saputangan, takbenda

5.Katabaku dan tidak baku

 Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.Sumber utama yang telah ditentukan dalam pemakaian bahasa baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI). Kata baku umumnya digunakan dalam kalimat resmi( lisan dan tertulis) sedangkan non-baku atau tidak baku sebaliknya.

Contoh Kumpulan Kata Baku dan Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia

    telur – telor
     jadwal – jadual
    rezim – rejim
    negeri – negri
    hierarki – hirarki
    bus – bis
     jenazah – jenasah
    anugerah – anugrah
    karier – karir
    telepon – telefon
     izin – ijin
    debit – debet
    dekret – dekrit
    museum – musium
     kaus – kaos
    risleting – resleting
    terampil – trampil
    desain – disain
    saraf – sarap
    kempis – kempes
    nomor – nomer
    penggawa – punggawa
    deksripsi – diskripsi
    kerupuk – krupuk
    zamrud – jamrud
    formal – formil
    afdal – afdol
    museum – musium
    apotek – apotik
    aktual – aktuil
    antre – antri
    saraf – sarap
    cedera – cidera
    definisi – difinisi
    cenderamata – cinderamata
    metode – metoda
    atmosfer – atmosfir
    pensil – pinsil
    cendekiawan – cendikiawn
    personel – personil
    zaman – jaman
    malapraktik – malpraktik
    akta – akte


6. Penggunaan huruf kapital dan tanda baca
Teks deskripsi juga tidak lepas dari penggunaan huruf kapital dan tanda baca