- Kata 'Play Victim' kerap dipakai dalam media sosial. Istilah ini sering muncul, seiring dengan kontroversi dan silang pendapat dalam sebuah kejadian. Misalnya, jika ada kebijakan dari kelompok orang, merugikan kelompoknya, maka disebut 'play victim'.
Contoh konkretnya begini. Pernah suatu ketika, ada acara HTI. Karena dianggap tidak mendapatkan izin warga sekitar dan bertentangan dengan ideologi negara, acara itu dibubarkan. Dibubarkan paksa. Seketika itu, para simpatisan HTI mengaku sebagai korban. Dengan narasi yang beragam. Umumnya:
"masak pengajian gak boleh?"
"katanya demokrasi, masak menyampaikan pendapat dihalang-halangi?"
Selanjutnya mengaku terzolimi, sebagai minoritas haknya tidak dilindungi. Lha, kok malah mengaku sebagai korban ya? Padahal pemicunya ya mereka-mereka itu. Berarti mereka mengaku sebagai korban. Padahal mereka adalah pelaku kontroversi, pelaku yang memicu keributan. Ini namanya play victim.
Nah, dalam blog ini tidak akan dibahas panjang lebar mengenai siapa yang benar-siapa yang salah. Dalam hal ilustrasi di atas, merupakan contoh untuk memudahkan. Penjelasan selanjutnya mengenai play victim bertumpu pada penjelasan secara linguistik (ilmu bahasa).
Dilihat dari segi asal katanya, play victim jelas berasal dari bahasa Inggris. Play artinya bermain, victim artinya korban. Jadi, play victim bisa juga memiliki arti bermain sebagai korban. lebih tepatnya berperan seolah-oleh menjadi korban atas sebuah peristiwa.
Jadi, penerjemahannya tidak bisa parsial. Harus disesuaikan dengan konteknsya. Jika diterjemahnya parsial. Bermain korban. Masak korban dipermainkan. Jelas arti play victim ini kurang tepat.
Adapun terjemahan play victim dalam google translate justru 'bermain sebagai korban'. Maksudny sama dengan berperan sebegai korban. Akan tetapi istilah ini masih terlalu panjang. Pun begitu, maknanya kurang pas. Adanya kata seolah-olah lebih tepat dari pada kata sebagai.
Jika kata play victim diterjemahkan berperan sebagai korban memiliki arti bahwa yang bersangkutan benar sebagai korban. Posisinya atau peran dalam peristiwa itu sebagai korban. Padahal hanya seolah-olah. Maka yang paling tepat adalah berperan seolah-olah korban, padahal bukan.
Istilah play victim memang tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Yang mendekati adalah istilah sok. Misalnya ada istilah sok kaya, jadi seolah-olah menempatkan diri sebagai orang kaya. Padahal tidak. Sok pintar, memiliki arti menempatkan diri sebagai orang yang pintar padahal tidak. Jadi, kata play victim dekata dengan sok korban. Tapi kok tidak tepat juga jika diartikan demikian.
Istilah sok yang biasanya digunakan untuk melebih-lebihkan padahal tidak lebih lebih cocok untuk yang merasa lebih tinggi. Kalau korban kan biasanya lebih rendah. Lebih teraniaya.
Mungkin dalam hal ini, dalam terjemahan play victim kita perlu menyerap terjemahan dari bahasa Jawa. Bahasa Indonesia suah menyerap unduh dan unggah untuk padanan istilah download dan upload. Mungkin bahasa Indonesia juga bisa menyerap 'macak' untuk padanan kata play dalam istilah play victim.
Kata 'macak' memiliki arti penjelasan 'seolah-olah menjadi'. Misalnya dalam sebuah karnaval, ada yang 'macak dadi tentara'. Berarti memposisikan dan menampilkan diri sebagai seorang tentara. Padahal bukan tentara.
Nah, dalam istilah macak korban sangat pas dengan play victim. Yang seolah-olah menjadi korban. Padahal bukan.