Selasa, 05 November 2019

Arti Siti | Evolusi Arab Menjadi Nusantara

Berikut adalah penjelasan tentang asal-usul dan arti nama Siti. Yang mengalami Evolusi dari Arab Menjadi yang khas Nusantara. Apakah anda mengenal orang yang bernama Siti? Sebenarnya apa  sih arti nama Siti? Pada dasarnya nama siti dari dua bahasa yang berbeda. Ada Siti dari bahasa Jawa dan juga ada Siti dari bahasa Arab.

Ada dua kemungkinan makna nama siti yaitu yang berasal dari bahasa Arab dan siti bahasa Jawa. Siti bahasa Jawa berarti tanah. Ada istilah sitinggil dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Jawa siti inggil. Siti artinya tanah, inggil artinya tinggi. Jadi, siti inggil adalah tempat yang tanahnya lebih tinggi dari bagian yang lain. Dalam bahasa Indonesia (lihat KBBI) sitinggil bermakna bangunan terbuka yang lantainya tinggi, merupakan  bagian bangunan keraton yag terdepan (biasanya digunakan untuk menghadap raja).


Siti yang serapan dari bahasa asing adalah berasal dari bahasa Arab Sayyidati. Lambat laun pelafalan sayyidati berubah menjadi sitti. Sayyidati merupakan transliterasi dari (سيّدتي) yang berasal dari kata sayyid (سيّد) yang diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia menjadi yang mulia atau yang dijunjung. Contoh sayyidina diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi junjungan kita. Penambahan huruf ta’ dan ya’ (تي) mengandung dua makna. Ta’ merupakan tanda yang digunakan untuk muannats (perempuan). Sedangkan ya (ي) merupakan kata ganti orang pertama yang sama maknanya dengan ku dalam bahasa Indonesia. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa sayyidati dapat dimaknai perempuan yang menjadi junjunganku atau perempuan yang saya hormati.

Nama siti sudah digunakan sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara. Tokoh klasik yang terkenal dengan nama siti adalah Siti Jenar (ada yang menyebutnya: Syaikh Siti Jenar). Siti dalam nama tokoh Jawa-Islam ini bermakna tanah. Oleh sebab itu, julukan lain tokoh tarekat ini adalah Syaikh Lemah Abang.

Sementara itu, penggunaan nama siti yang berupa serapan dari bahasa Arab ada pada karya sastra novel angkatan Balai Pustaka, Sitti Nurbaya. Penulisannya dengan huruf t ganda. Kedua nama tersebut -Siti Jenar dan Sitti Nurbaya- ada sebelum Indonesia diproklamasikan. Jadi, tidak berlebihan jika disebut bahwa nama terjadi evolusi pelafalan istilah sayyidati menjadi sitti yang kemudian menjadi siti dengan makna yang sama.

Sementara itu, pada awal mulanya istilah siti digunakan oleh orang Jawa di depan nama tokoh-tokoh perempuan yang perempuan terhormat (biasanya istri para nabi). Misalnya nama, istri Nabi Ibrahim adalah Hajar, oleh orang-orang disebut Siti Hajar. Nama-nama berikut juga identik dengan kata siti yaitu: Siti Fatimah, Siti Aisyah. Siti Hawa.

Lambat laun, penggunaan siti identik dengan nama Islam. Di kalangan pesantren dan santri, memberi nama anak pasti tidak jauh dari Muhammad (Arti Muhammad) di awal untuk laki-laki, dan Siti di awal untuk nama perempuan.

Memang ada yang menyebut bahwa apalah arti sebuah nama. Tetapi sebenarnya ada doa dibalik nama. Kalau tidak, tentu orang asal-asalan memberi nama. Tetapi jangan lantas menganggap semua nama yang berbau Arab selalu bagus, jangan pula menganggap bahwa nama Arab (yang sudah terlalu banyak digunakan orang, misalnya: Siti Nuraini menjadi terlalu kampungan).


Seperti halnya pemilik blog ini, namanya merupakan hasil akulturasi -kalau siti di awal tadi disebut evolusi- Arab-Jawa. Muhammad Nasiruddin adalah berasal dari bahasa Arab, dirangkai dengan Timbul Joyo yang njawani alias sangat Jawa.