Teater merupakan salah satu bentuk kesenian yang tidak hanya memberikan kesenangan semata. Lebih dari itu, teater bisa memberikan sumbangan bagi keluhuran budi pekerti dan kematangan jiwa. Teater dalam konteksnya selalu dijadikan alat hiburan dan tontonan rakyat kecil. Namun, lebih jauh lagi teater hendaknya mampu membawa masyarakat untuk lebih mengenal dirinya dan keberadaannya dalam lingkup masyarakat. Di sini, teater bisa berperan sebagai penuntun pada masyarakat untuk berusaha hidup lebih arif, baik, dan bijaksana.
1. Fungsi Teater Nusantara
Di Indonesia, teater tradisi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana upacara, hiburan, sarana penyambung sejarah, dan sarana komunikasi. Berikut penjelasan fungsi-fungsi tersebut;
a. Sarana Upacara
Teater yang berfungsi sebagai sarana upacara adalah teater yang pementasannya dipersembahkan untuk para leluhur dan digunakan dalam upacara-upacara keagamaan yang bersifat sakral, magis, dan religius. Teater bentuk ini banyak ditemukan pada zaman kerajaan seperti di daerah Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan.
b. Sarana Hiburan
Fungsi yang paling terasa dalam pementasan teater yaitu mampu memberikan suguhan hiburan kepada masyarakat sebagai penikmat. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat penonton teater pada awalnya adalah rakyat kecil yang kesehariannya bekerja di ladang/sawah. Dengan adanya pertunjukan teater, secara otomatis kerinduan masyarakat akan dunia hiburan akan terobati.
Berikut ini adalah contoh teater yang berfungsi sebagai sarana hiburan.
c. Sarana Penyambung Sejarah
Teater berfungsi untuk lebih mengenal, memahami, dan mengetahui sekaligus penyambung lidah sejarah leluhur, pemimpinnya, raja, daerah, dan bangsa. Dengan banyaknya pementasan teater secara kontinyu, otomatis masyarakat akan selalu mengenal dan menghargai keluhuran nilai sejarah. Hal ini berdampak pula bagi pewarisan nilai pada generasi penerus karena teater adalah proses pembelajaran paling praktis yang mudah diingat dan dicerna oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Sebagai contoh adalah ketoprak yang membawakan sejarah adat dan kepemimpinan raja-raja Jawa dan teater topeng di Bali yang memperkenalkan sejarah keluarga kepada masyarakat umum.
d. Sarana Media Komunikasi
Dengan bahasa yang mudah dimengerti, penampilan yang kocak, dan menghibur membuat orang akan terlena. Dari keadaan seperti itu orang tidak sadar bahwa penonton dibawa pada situasi yang tidak terbayangkan, biasanya penonton akan terhanyut pada alur cerita yang sedang berjalan. Secara sadar atau tidak sadar informasi yang diberikan pementasan teater akan dengan mudah masuk ke dalam ingatan penonton.
Teater memiliki peranan sebagai tempat terjadinya hubungan yang erat antara seniman dengan penontonnya dan juga sebagai wadah cerminan tinggi rendahnya budaya setempat. Jenis teater yang berfungsi sebagai media komunikasi adalah ketoprak yang mengambil lakon cerita Mahabarata dan Ramayana atau cerita panji dan kepahlawanan.
2. Pesan Moral Seni Teater Nusantara
Karya teater merupakan karya seni dan kesenian itu selalu bersangkutan dengan moral. Dasar dari keindahan dan moral adalah ketertiban, jadi kesenian adalah keindahan yang berdasar pada ketertiban, sedangkan moral berdasar pada ketertiban batin. Dalam hal ini moral menanamkan budi pekerti yang baik atau selalu menanamkan kesesuaian. Oleh karena itu, dalam suatu pertunjukan karya teater terdapat pesan moral yang akan disampaikan pada penontonnya.
Karya teater tradisi yang ada di Nusantara ini banyak ragamnya dan mengandung pesan moral yang begitu tinggi. Pesan moral ini dapat diketahui melalui amanat dalam suatu cerita yang dipertunjukkan. Adapun pesan moral dapat dilihat dari ciri-ciri penampilan dari suatu pertunjukan teater, yaitu sebagai berikut.
a. Anonim
Pencipta lakon dan cerita tidak pernah dikenal.
b. Improvisasi
Seniman yang lebih banyak mengandalkan kecakapan alamiah, baik dialog ataupun akting yang sedapat mungkin menyatu dengan penonton hingga penonton masuk ke dalam situasi yang telah dibuat oleh sang seniman.
c. Pentas
Pentasnya terletak pada sebuah arena berbentuk “telapak kuda”. Bentuk ini memungkinkan pertunjukan dapat ditonton dari segala arah agar dapat dinikmati secara bersama-sama. Dengan begitu, penonton bukan saja merasa terhibur akan tetapi menyatu bersama cerita dalam pertunjukan tersebut.
d. Humor dan Heroik
Mementingkan lawak-jenaka, di samping memperlihatkan kesatriaan.
e. Simbolis Karikatural
Penampilan cerita cukup sederhana, ringan, dan mudah dipahami oleh siapa saja. Tokoh-tokoh manusia digambarkan menurut penjiwaannya, bukan kadar bentuk realis.
f. Derma Keliling
Ongkos pertunjukan tidak pernah diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk. Penonton menyaksikan pergelaran secara gratis. Ongkos pertunjukan didapatkan
1. Fungsi Teater Nusantara
Di Indonesia, teater tradisi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana upacara, hiburan, sarana penyambung sejarah, dan sarana komunikasi. Berikut penjelasan fungsi-fungsi tersebut;
a. Sarana Upacara
Teater yang berfungsi sebagai sarana upacara adalah teater yang pementasannya dipersembahkan untuk para leluhur dan digunakan dalam upacara-upacara keagamaan yang bersifat sakral, magis, dan religius. Teater bentuk ini banyak ditemukan pada zaman kerajaan seperti di daerah Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan.
b. Sarana Hiburan
Fungsi yang paling terasa dalam pementasan teater yaitu mampu memberikan suguhan hiburan kepada masyarakat sebagai penikmat. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat penonton teater pada awalnya adalah rakyat kecil yang kesehariannya bekerja di ladang/sawah. Dengan adanya pertunjukan teater, secara otomatis kerinduan masyarakat akan dunia hiburan akan terobati.
Berikut ini adalah contoh teater yang berfungsi sebagai sarana hiburan.
- Wayang orang dari Yogyakarta dan Surakarta yang berfungsi untuk menghibur para tamu yang berkunjung ke keraton.
- Wayang golek dari Jawa Barat yang berfungsi untuk menghibur masyarakat di acara pernikahan atau khitanan maupun acara tertentu.
- Teater gambuh dari Bali yang dapat menghibur orang yang sedang melakukan persiapan melakukan acara keagamaan.
- Ludruk dari Jawa Timur yang menghibur dengan banyolan dan penampilan para pemainnya.
- Lenong Betawi, dengan celotehan ala Betawi mampu menghibur warga.
c. Sarana Penyambung Sejarah
Teater berfungsi untuk lebih mengenal, memahami, dan mengetahui sekaligus penyambung lidah sejarah leluhur, pemimpinnya, raja, daerah, dan bangsa. Dengan banyaknya pementasan teater secara kontinyu, otomatis masyarakat akan selalu mengenal dan menghargai keluhuran nilai sejarah. Hal ini berdampak pula bagi pewarisan nilai pada generasi penerus karena teater adalah proses pembelajaran paling praktis yang mudah diingat dan dicerna oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Sebagai contoh adalah ketoprak yang membawakan sejarah adat dan kepemimpinan raja-raja Jawa dan teater topeng di Bali yang memperkenalkan sejarah keluarga kepada masyarakat umum.
d. Sarana Media Komunikasi
Dengan bahasa yang mudah dimengerti, penampilan yang kocak, dan menghibur membuat orang akan terlena. Dari keadaan seperti itu orang tidak sadar bahwa penonton dibawa pada situasi yang tidak terbayangkan, biasanya penonton akan terhanyut pada alur cerita yang sedang berjalan. Secara sadar atau tidak sadar informasi yang diberikan pementasan teater akan dengan mudah masuk ke dalam ingatan penonton.
Teater memiliki peranan sebagai tempat terjadinya hubungan yang erat antara seniman dengan penontonnya dan juga sebagai wadah cerminan tinggi rendahnya budaya setempat. Jenis teater yang berfungsi sebagai media komunikasi adalah ketoprak yang mengambil lakon cerita Mahabarata dan Ramayana atau cerita panji dan kepahlawanan.
2. Pesan Moral Seni Teater Nusantara
Karya teater merupakan karya seni dan kesenian itu selalu bersangkutan dengan moral. Dasar dari keindahan dan moral adalah ketertiban, jadi kesenian adalah keindahan yang berdasar pada ketertiban, sedangkan moral berdasar pada ketertiban batin. Dalam hal ini moral menanamkan budi pekerti yang baik atau selalu menanamkan kesesuaian. Oleh karena itu, dalam suatu pertunjukan karya teater terdapat pesan moral yang akan disampaikan pada penontonnya.
Karya teater tradisi yang ada di Nusantara ini banyak ragamnya dan mengandung pesan moral yang begitu tinggi. Pesan moral ini dapat diketahui melalui amanat dalam suatu cerita yang dipertunjukkan. Adapun pesan moral dapat dilihat dari ciri-ciri penampilan dari suatu pertunjukan teater, yaitu sebagai berikut.
a. Anonim
Pencipta lakon dan cerita tidak pernah dikenal.
b. Improvisasi
Seniman yang lebih banyak mengandalkan kecakapan alamiah, baik dialog ataupun akting yang sedapat mungkin menyatu dengan penonton hingga penonton masuk ke dalam situasi yang telah dibuat oleh sang seniman.
c. Pentas
Pentasnya terletak pada sebuah arena berbentuk “telapak kuda”. Bentuk ini memungkinkan pertunjukan dapat ditonton dari segala arah agar dapat dinikmati secara bersama-sama. Dengan begitu, penonton bukan saja merasa terhibur akan tetapi menyatu bersama cerita dalam pertunjukan tersebut.
d. Humor dan Heroik
Mementingkan lawak-jenaka, di samping memperlihatkan kesatriaan.
e. Simbolis Karikatural
Penampilan cerita cukup sederhana, ringan, dan mudah dipahami oleh siapa saja. Tokoh-tokoh manusia digambarkan menurut penjiwaannya, bukan kadar bentuk realis.
f. Derma Keliling
Ongkos pertunjukan tidak pernah diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk. Penonton menyaksikan pergelaran secara gratis. Ongkos pertunjukan didapatkan